Bab 156
Bab 156
Bab 156 Menggali Informasi darinya
Akan tetapi, Fabian berhasil mendorongnya menjauh dengan sisa-sisa kesadaran yang masih ada dalam dirinya. Fabian segera melompat dari tempat tidur, mengambil pakaiannya dari lantai, dan berlari ke dalam kamar mandi.
Sementara Alin, dia terbaring di tempat tidur setelah didorong oleh Fabian.
Tercengang oleh tindakan Fabian, darahnya mulai mendidih karena kemarahan.
Alin sudah mencoba merayu Fabian berulang kali, tetapi usahanya selalu saja berakhir dengan kegagalan. Fabian tidak menunjukkan apa-apa selain perasaan jijik dalam menanggapi rayuannya. Apakah dia akan menolak kalau Vivin yang merayunya? Kalau aku tidak menaruh obat kedalam minumannya semalam, apakah iya Fabian mau menghabiskan malamnya denganku?
Alin mengingat dengan jelas bagaimana tubuh mereka saling bertaut di tempat tidur semalam.
Akan tetapi, apa yang tidak pernah bisa Alin lupakan adalah bagaimana cara Fabian menggumamkan nama Vivin ketika mereka bersenang-senang di tempat tidur.
Mengingat hal itu membuat Alin mengepalkan tinjunya dengan kuat sehinga membuat kukunya hampir menembus telapak tanggannya.
Alin tidak percaya kalau wanita itu selalu menjadi satu-satunya yang ada didalam pikirannya bahkan ketika Fabian dalam pengaruh obat-obatan.
Betapa rendahnya!Ini menjengkelkan!
Meskipun merasa kalau itu menjijikkan, Alin bisa menerimanya, berpikir itu akan sangat sisa-sia. saja kalau dia tidak mengambil kesempatan untuk bersama Fabian. Alin rela untuk melakukan apa saja
untuk memiliki Fabian untuknya sendiri!
Di dalam kamar mandi, Fabian menyalakan kran air secara maksimal sambil memercikkan air dingin ke wajahnya untuk menenangkan diri.
Segala sesuatu yang terjadi semalam terlihat tampak sangat normal, tetapi sekali lagi, Fabian masih bisa merasakan sedikit kemungkinan kalau semua yang terjadi ini sudah direncanakan.
Sangat mencurigakan bagaimana Alin muncul tepat di depan pintu masuk klub. Juga, ada sesuatu yang mencurigakan tentang toleransi alkoholnya yang sangat rendah dan bagaimana mereka berakhir di tempat tidur.
Saat dia mencoba mengingat foto yang diperlihatkan Alin saat pesta terakhir kali, Fabian menjadi semakin yakin bahwa mungkin ada lebih banyak yang bisa digali dari sekedar gadis yang penuh. tipu daya dan menggemaskan
Pada saat itu juga, Fabian merasa merinding ketakutan.
Haruskah aku menggali lebih banyak informasi tentang dia?
Dengan tergesa-gesa, Fabian segera mencuci mukanya dan berjalan keluar dari kamar mandi. Alin, yang sudah berganti pakaian, menatapnya dengan seringai lebar di wajahnya. Fabian segera mengalihkan pandangannya untuk menghindari percakapan.
Meskipun Alin dan saudara perempuannya memang terlihat mirip satu sama lain, dia tidak pernah bisa meniru senyum mempesona yang dimiliki saudara perempuannya.
Fabian terus saja menunduk dengan panik mengambil barang-barangnya dari lantai. Dengan nada acuh tak acuh, dia berkata kepadanya, “Aku harus pergi sekarang soalnya jadwalku sangat padat hari
ini.“ Content held by NôvelDrama.Org.
“Fabian!”
Tampak cemas, Alin bermaksud untuk berbicara dengannya, tetapi yang membuatnya cemas, Fabian bahkan tidak meliriknya untuk terakhir kalinya sebelum dia pergi. Pintu ditutup dengan sangat kasar setelah kepergiannya.
Alin ditinggalkan berdiri terpaku di tempatnya dengan wajah yang sedih.
Mengelus perutnya dengan tangan kanannya, air mata mulai mengalir di pipi Alin.
Fabian, apakah aku hanyalah sebuah gangguan untukmu? Tidak apa-apa jika kamu merasa seperti itu. Mudah-mudahan, aku akan segera mendapatkan apa yang kuinginkan setelah usahaku semalam.
Orang-orang selalu bilang kalau anak bisa membuat sebuah keajaiban dalam hubungan. Selama Alin mengandung anaknya, Fabian tidak akan pernah bisa menyingkirkan dirinya selama sisa hidupnya!
Setelah Fabian keluar dengan tergesa-gesa dari hotel, Fabian segera memanggil asistennya dan memintanya untuk memulai penyelidikan terhadap Alin. Dia ingin mengetahui bagaimana Alin mendapatkan foto itu, terutama foto yang bahkan tidak ada di ponselnya.
Apa kebenaran di balik semua insiden mengerikan yang terjadi dua tahun lalu itu? Siapa dalang di balik ini semua? Sebelum Fabian kembali, dia tidak pernah menyangka akan terlibat dalam insiden
yang membingungkan dengan begitu banyak misteri didalamnya.
Alin segera turun ke lobi hotel setelah memperbaiki penampilannya. Secara tidak sengaja, dia melihat Vivin, yang sedang bersantai di sebuah sofa.
Vivin, sedang menunggu Finno melakukan pembayaran, dan terkejut melihat Alin.
Seringai kemenangan muncul di wajah Alin saat melihat saudara perempuanya.
Karena Vivin ada di hotel jam segini, itu berarti rencanaku untuk menghancurkannya dengan memasukkan obat kedalam minumannya semalam telah berhasil?
“Nona Vivin yang hebat, kenapa kamu duduk di sini? Apa ada yang biasa terjadi semalam yang membuatmu terlihat sangat lelah? Mungkinkah …” tadi malam yang membuatmu terlihat sangat lelah? Mungkinkah…” Alin mendekati Vivin dan berkata, “Aku jadi ingin tahu siapa pria beruntung yang bisa menghabiskan waktu yang menyenangkan dengan Nona Vivin kita semalam.”
Kesempatan langsung dimanfaatkan oleh Alin untuk menaburkan garam di atas luka
Vivin. Pikiran bisa melihat ekspresi kesakitan dari Vivin setelah diperkosa tadi malam adalah kesenangan baginya.
Namun, Vivin hanya mengernyitkan alisnya kebingungan.
Bagaimana dia tahu apa yang terjadi antara aku dan Finno tadi malam?
“Hei, kenapa kamu tidak menjawabku? Apakah kamu sangat malu untuk
membicarakannya? Astaga, apakah wanita yang gampangan sepertimu akan malu dengan apa yang kamu lakukan dengan seorang pria? aku benar-benar bertanya-tanya bagaimana reaksi Pak Finno begitu dia tahu kalau kamu bermai-main dibelakangnya!