Bab 236
Bab 236
Bab 236
“Desi, dia jelas-jelas sudah…”
Belum selesai ucapan Samara, sudah dipotong oleh Desi.
“Tabib, apakah kamu ingin mengatakan bahwa Joseph sudah mati?” Mata bulat Desi terlihat ekstrem, dan memotong dengan dingin: “Tidak mati, sekarang dia hanya terluka parah, dan tertidur, asalkan kita menyembuhkannya, dia akan terbangun lagi.”
Samara terkesiap.
Orang yang sudah mati tidak akan hidup kembali, perilaku Desi ini melawan suratan takdir.
Desi mengeratkan syal bulu rubah putih di tubuhnya, seolah–olah sedang mengenang kejadian masa lalu, ekspresi wajahnya terlihat rumit dan tersiksa: “Orangtuaku meninggal karena dicelakai Daniel, dia menginginkan saya, ingin saya menjadi wanitanya, karena melindungiku, adik lelakiku tewas dicelakai Daniel di sebuah kecelakaan yang disengaja.
Mendengar kata–katanya, sebuah perasaan yang sukar dijelaskan merambat di hati Samara.
Mungkin ini bukanlah perbuatan Daniel yang paling jahat, tapi ketika korban seperti Desi menceritakan pengalamannya sendiri, membuat tenggorokannya seperti tercekik.
“Lalu Joseph muncul, dia mengatakan akan membawaku pergi, akan menyelamatkan saya, tetapi mana mungkin saya bisa pergi? Saya harus membalas dendam keluargaku!”
“Karena itu saya sengaja menggoda Daniel, menjadi satu–satunya wanita di sisinya, lalu menjadi satu– satunya istri sahnya. Untuk melindungiku, Joseph juga membaur di sisi Daniel, di saat kaki tangan Daniel mengetahui perbuatanku dan berusaha membunuhku, Joseph melindungiku...
“Dia terluka parah, sekujur tubuhnya berlumuran darah...darahnya tidak berhenti mengucur! Semua dokter mengatakan bahwa dia tidak tertolong lagi!”
Berbicara sampai di sini, mata Desi memerah, jarinya mengepal erat.
“Apa maksudnya tidak tertolong? Jelas sekali dokter-dokter itu tidak berguna! Mereka tidak tahu cara menolongnya.”
“Tabib, Anda adalah Dokter hebat, mampu menyembuhkan penyakit-penyakit aneh, Text property © Nôvel(D)ra/ma.Org.
pasti mampu menyembuhkan Joseph! Kumohon, tolonglah saya! Asalkan bisa menyembuhkan Joseph, apa pun kuberikan padamu, semua milik Daniel kuberikan padamu, saya tidak menginginkan semua itu, saya hanya menginginkan Joseph!
Air mata menetes keluar dari sudut kedua matanya, membasahi wajahnya.
Samara juga hampir menangis mendengar cerita Desi.
Hanya saja–––
Meskipun bersimpati padanya, tapi melawan takdir bukanlah sesuatu yang realistis.
Jika masih ada sedikit nafas yang keluar dari pria yang terbaring di peti tembus pandang ini, dia akan berusaha sebisanya menolong pasangan sengsara ini.
Tapi Joseph sudah meninggal, dia tidak mungkin menghidupkan orang yang sudah mati selama beberapa bulan lamanya.
“Desi, maaf sekali, saya tidak bisa.” Samara menatap mata Desi yang penuh air mata, menekankan setiap patah kata.
“Tabib, tidak...” Desi menangis lalu tertawa, sembari menggeleng kepala: “Kamu bisa, kamu pasti bisa, kamu hanya tidak bersedia mencobanya, kan? Jika kamu bersedia, Joseph pasti tertolong!”
Air mata Desi membuat orang kasihan, tapi pancaran matanya yang ekstrem membuat orang merinding.
Tidak tahu kenapa, tatapan ini membuat sekujur tubuh Samara merinding.
“Tabib, kuperlihatkan sesuatu padamu, saya yakin kamu akan menyetujuiku...” Desi mengusap air mata dari sudut matanya, lalu mengambil sebuah tablet dari meja kopi, menekan beberapa kali kemudian menyerah tablet itu pada Samara.
Di layar tablet itu terlihat seorang wanita dengan tangan dan kaki terikat, sedang terbaring di atas tumpukan jerami.
Hanya melihat sekilas.
Samara langsung mengenali wanita tersebut adalah Alexy, sahabat terbaiknya selama lima tahun terakhir.
“Alexy? Dia berada di tanganmu?” Samara bertanya penasaran.
“Desainer Alexy adalah kawan baikmu, kan?” Mata Desi menyipit, mata yang polos dan jernih itu mendadak bersinar keji, “Asalkan kamu menolong Joseph, Alexy akan baik–baik saja.”